Kamis, 21 Februari 2013

IMUNISASI

Selain 5 yang diwajibkan oleh pemerintah itu, masih ada imunisasi tambahan lain untuk bayi. Seberapa penting imunisasi tambahan itu?

Menurut Dr. Soedjatmiko, SpA (K),Msi yang merupakan sekretaris satgas imunisasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan ahli tumbuh kembang anak FKUI RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), semua vaksin penting karena dibuat dan dikembangkan oleh dokter maupun ahli kesehatan.


"Adanya imunisasi wajib dan tambahan sebetulnya hanya istilah saja karena untuk saat ini, pemerintah baru siap mensubsidi 5 virus pada pelayanan kesehatan. Di negara maju, pemberian imunisasi diberikan semua karena penting. Jadi tidak ada yang paling penting dan tidak penting," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (5/1/2013).

"Istilah imunisasi 'tambahan' di negara kita karena pemerintah belum mampu menyediakan/mensubsidi imunisasi 'tambahan' tersebut. Negara dengan jumlah bayi sedikit dan punya dana banyak, mampu memberikan semua imunisasi gratis," jelasnya.

Seperti tertera di Undang-undang 36 tahun 2009, pasal 130 yang berisi pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak, maka bayi wajib mendapatkan imunisasi yang sifatnya wajib seperti hepatitis B, BCG (Bacillus Calmette–Guerin, yang merupakan vaksin untuk mencegah penyakit tuberkolosis) , Polio, Campak dan DPT ((Difteri Pertusis Tetanus, vaksinasi tetanus).

Menanggapi mitos yang berkembang masyarakat mengenai kekhawatiran ibu yang cemas divaksin karena malah akan membuat sistem kekebalan tubuh berkurang, Dr. Soedjatmiko menanggapinya.

"Imunisasi justru membuat bayi dan balita lebih kebal terhadap penyait berbahaya yang dapat menyebabkan sakit berat, kematian atau cacat. Banyak penelitian membuktikan kalau banyak bayi dan balita tidak diimunisasi maka akan terjadi sakit berat, wabah, cacat atau kematian," tambahnya.

Seperti yang diutarakan Dr. Soedjatmiko, kalau setiap negara mempunyai pola epidemiologi penyakit yang berbeda, anggaran yang berbeda, sehingga jadwal imunisasi tiap negara disesuaikan pada pola epidemiologi penyakit, budget, ketersediaan vaksin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar